JATIM ZONE – Imam Bakri, pelaku yang diketahui menghina almarhum KH A. Warits Ilyas akhirnya meminta maaf secara langsung kepada keluarga besar Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa, Guluk-guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Sesampainya di Annuqayah, Imam Bakri disambut langsung dengan senyuman oleh KH Muhammad Ali Fikri. Pria yang akrab dipanggil Mas Kiai ini merupakan salah satu putera almarhum KH. Warits Ilyas, ulama karismatik yang dinina Imam Bakri.
Kakak dari KH Muhammad Salahuddin atau Ra Mamak itu menerima kedatangan pelaku dengan senyuman yang khas dan menyapa dengan halus. Mas Kiai tidak sedikitpun menampakkan rasa marah atau balik membenci.
Pelaku diantar langsung oleh beberapa aparat penegak hukum dari Polres Sumenep dan aparatur Desa Lalangon, Kecamatan Manding.
Puluhan alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) juga turut menyaksikan permintaan maaf Imam Bakri kepada keluarga almarhum KH A. Warits Ilyas.
Beberapa kali, Mas Kiai menanyakan pelaku dengan bahasa Madura yang sangat halus dan santun, khas pesantren. Mulai dari soal apakah pelaku memiliki keluarga, apakah pernah berkenalan langsung dengan almarhum, hingga motif komentar yang bernada penghinaan kepada ayahandanya tersebut.
Kepada Mas Kiai, Imam Bakri mengaku khilaf karena terpengaruh dengan komentar-komentar orang lain yang ada dalam postingan akun Tiktok Sumenep Menyala. Dia meminta maaf, dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan serupa.
Mas Kiai berharap, pelaku untuk mampu membatasi diri. Sehingga tidak terpancing melakukan tindakan-tindakan yang tidak tekendali. Akibatnya, merugikan diri sendiri, dan orang lain.
“Perlu membatasi, apalahi tadi Mas Bakri menyampaikan hanya terpengaruh atau bahasa Maduranya, gun ro’-noro’. Ini, yang bersangkutan harus belajar membatasi,” ujarnya, memberi nasihat kepada pelaku.
Mas Kiai kembali menegaskan, terutama kepada santri dan alumni PP. Annuqayah untuk terus menunjukkan kelas dan perilaku yang baik di masyarakat. Sebab, santri Annuqayah dilihat dan dicatat oleh masyarakat sebagai orang yang terpelajar, dekat dengan agama dan moralitas. Sehingga santri terus disegani, dihormati dan mendapat respect dari masyarakat.
“Saya berterima kasih kepada alumni yang dengan sigap, menunjukkan kepeduliannya. Termasuk juga pelaku yang beritikad baik meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengulangi lagi,” tandasnya.