Sosok  

Perjalanan Panjang A. Effendi: Dari Kuli Bangunan Hingga Menjadi Advokat Sukses

A. Effendi tidak bisa menahan tangis saat menceritakan momen-momen sulit bersama keluarganya.

JATIM ZONE – “Jangan pernah menyerah. Hari ini mungkin terasa berat, besok akan lebih berat lagi, tetapi lusa akan indah.” Kutipan motivasi dari Jack Ma ini seolah menjadi mantra hidup bagi A. Effendi, seorang advokat sukses asal Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Perjalanan hidupnya penuh liku-liku dan tantangan, namun tekad dan kegigihannya membawanya pada kesuksesan yang ia raih hari ini.

Sebelum menjadi seorang advokat ternama, A. Effendi harus melewati berbagai rintangan hidup yang tidak mudah. Ia pernah bekerja sebagai kuli bangunan, tinggal di rumah gubuk berukuran 4×9 meter, dan hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Keluarganya tergolong miskin, dan sejak kecil ia sudah ditinggal oleh ayahnya. Namun, semua itu tidak membuatnya menyerah. Justru, kondisi tersebut memacu semangatnya untuk berjuang lebih keras.

“Subhanallah, saya kalau bicara keluarga, tak hentinya menangis. Saya lemah jika dalam hal kehidupan masa lalu,” ujar A. Effendi dengan suara bergetar.

Saat menceritakan masa lalunya, ia mengungkapkan betapa sulitnya hidup yang ia jalani. Saat masih bersekolah di SMA, ia harus berjalan kaki pulang-pergi ke sekolah. Sepulang sekolah, ia membantu ibunya berjualan gorengan. Bahkan, ketika tidak sekolah, ia pergi mencari kayu untuk dijual.

“Kadang, untuk makan saja, baju yang saya pakai harus dikumpulkan dan dijual agar bisa membeli beras,” kenangnya.

Ibundanya menjadi sosok yang paling berjasa dalam hidupnya. Dialah yang merawat dan membesarkan A. Effendi hingga ia bisa mencapai titik kesuksesan seperti sekarang.

Saat menceritakan momen-momen sulit tersebut, A. Effendi tidak bisa menahan tangis. Suasana haru pun menyelimuti ruangan saat ia bercerita di hadapan para tamu undangan yang hadir. Banyak dari mereka yang turut terharu dan meneteskan air mata mendengar perjuangan hidupnya.

Selain menjadi kuli bangunan, pria yang karib dipasang Pepeng ini juga pernah bekerja di rental PlayStation (PS), menjadi debt collector selama dua tahun, dan bahkan sempat bergabung di sebuah lembaga advokasi hukum yang diketuai oleh Supyadi, seorang advokat ternama di Sumenep.

Pengalaman-pengalaman tersebut menjadi batu loncatan baginya untuk mendirikan Lembaga Lidik Hukum dan HAM. Seiring berjalannya waktu, A. Effendi akhirnya memutuskan untuk mengikuti jejak Supyadi dan menjadi seorang advokat.

Namun, perjalanan hidupnya tidak berhenti di situ. A. Effendi juga pernah mencoba berbagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya. Ia pernah beternak ayam petelur, ayam potong, ayam joper, lele, bahkan burung love bird. Sayangnya, semua usaha tersebut gagal.

“Tapi itu tidak membuat saya putus asa,” tegasnya. Kegagalan demi kegagalan justru membuatnya semakin kuat dan pantang menyerah.

Hingga akhirnya, A. Effendi mencoba peruntungan dengan membuka usaha rental mobil. “Awalnya hanya satu unit, tapi saya telateni hingga sekarang memiliki 30 unit,” ujarnya dengan bangga.

Meski dalam perjalanannya ia sempat menghadapi kesulitan, seperti harus menggadaikan barang-barang berharga, ia tetap bertahan. “Saya mencoba melawan arus, walau kenyataannya tidak mudah. Tapi Alhamdulillah, semuanya bisa saya lalui hingga sampai di titik ini,” ungkapnya.

Dalam perjalanan karirnya, pria murah senyum ini mengaku bahwa kesuksesannya tidak lepas dari dukungan keluarga, terutama ibunda dan istrinya yang selalu setia mendampingi.

Namun, ada satu sosok yang ia sebut sebagai pilar penting dalam perjalanan karirnya, yaitu Supyadi. Bagi A. Effendi, Supyadi bukan sekadar teman atau mentor, melainkan seperti saudara sendiri. Supyadi selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam dunia hukum, sehingga A. Effendi bisa tumbuh dan berkembang menjadi advokat yang sukses.

“Tanpa dukungan dari keluarga dan bimbingan dari Pak Supyadi, mungkin saya tidak akan bisa berada di posisi ini sekarang,” ujarnya dengan penuh syukur.

Kini, sebagai seorang advokat, A. Effendi tidak hanya fokus pada karirnya, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Ia ingin memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu, agar mereka juga bisa meraih mimpi dan kesuksesan seperti dirinya.

Selain itu, A. Effendi juga memiliki niat mulia yang ingin segera ia penuhi. “Ada niat yang insya Allah akan segera saya penuhi, yaitu pergi ke Mekkah bersama keluarga besar, bahkan mertua pun saya niatkan,” ungkapnya dengan penuh harap.

Kisah perjalanan hidup A. Effendi ini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia membuktikan bahwa dengan tekad, kerja keras, dan dukungan dari orang-orang terdekat, tidak ada hal yang tidak mungkin untuk diraih.

Meski pernah jatuh dan terpuruk, A. Efendi berhasil bangkit dan menorehkan prestasi yang membanggakan.

Semoga kisahnya bisa memotivasi banyak orang untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Seperti kata A. Efendi, “Kegagalan bukan akhir dari segalanya, tapi awal dari perjuangan yang lebih besar.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *