Pelaku Pengeroyokan Tak Kunjung Ditetapkan Tersangka, Keluarga Korban Cari Keadilan , Minta Polisi Lebih Serius dan Tak Bertele-tele

oplus_131072

JATIM ZONE – Keluarga korban pengeroyokan di Pasongsongan mendesak Polres Sumenep, Madura, Jawa Timur segera melakukan gelar perkara dan menetapkan tersangka kepada pelaku pengeroyokan anaknya.

Pasalnya, Polres Sumenep dinilai sangat lelet dan terkesan bertele-tele dalam melakukan gelar perkara dan penetapan tersangka kepada terlapor.

Padahal, dugaan tindak pidana ini telah didukung oleh saksi-saksi yang ada di lokasi kejadian saat tindak pidana terjadi, bukti visum yang telah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Termasuk juga pengakuan langsung dari para terlapor saat diperiksa oleh pendidik Polsek Pasongsongan.

“Akan tetapi hingga saat ini para terlapor tetap statusnya masih sebagai terlapor atau saksi, alias belum dinaikkan sebagai tersangka,” kata Kuasa Hukum korban, Nadianto LBH Achmad Madani Putra dan Rekan-rekan kepada Jatim Zone, Sabtu, 20 Juli 2024.

Keluarga korban beserta kuasa hukum korban menyampaikan keberatan atas lambatnya penanganan perkara laporan tindak pidana dilaporkan di Polsek Pasongsongan sejak tanggal 12 Juni 2024 dan hingga tanggal 20 Juli 2024 Polres Sumenep belum berhasil menetapkan tersangka dan mengamankan pelaku penganiayaan dan pengeroyokan.

Nadianto mepaparkan, korban saat ini masih mengalami sakit di bagian tulang lengan, bahu atas bergeser, jari telunjuk cedera dan tidak bisa pegang sesuatu apapun. Bahkan tulang belakang juga mengalami cedera.

“Berdasarkan kesaksian korban, salah satu pelaku melakukan penganiayaan diduga dengan alat berupa benda padat berupa ger besi yang dihantamkan pada tulang belakang korban hingga pingsan dan tidak sadarkan diri,” ungkapnya.

Terhadap semua kondisi tersebut di atas yang didukung dengan bukti visum, pengakuan korban pengakuan terlapor dan saksi-saksi yang ada di lokasi saat kejadian, kata pengacara kondang berparas mapan ini, sangat patut dan telah memenuhi unsur untuk ditetapkan sebagai tersangka kepada para terlapor.

“Tanggal 4 Juli 2024 pada tahap sidik, pelapor saksi dan para terlapor sudah diperiksa. Berdasarkan informasi dari penyidik setelah tanggal 4 Juli 2024 akan melakukan gelar perkara untuk menetapkan tersangka kepada pelaku,” ucapnya.

Ternyata, Polres Sumenep hingga saat ini belum kunjung melakukan gelar perkara padahal berkas gelar perkaranya sudah siap

“Polres Sumenep hingga saat ini sudah berjalan 16 hari belum melakukan gelar. Oleh karena itu kami selaku kuasa hukum dengan keluarga korban pengeroyokan bertanya-tanya kenapa laporan kami tidak segera dilakukan gelar perkara,” tuturnya keheranan.

“Polres Sumenep dalam melakukan gelar setidak-tidaknya dan biasanya dalam seminggu melakukan gelar perkara sebanyak dua kali sehingga keluarga korban merasa kecewa dan aneh dengan sikap Polres yang tidak segera melakukan gelar penetapan tersangka, padahal berkas gelar sudah siap sementara perkara lainnya polisi melakukan gelar perkara bahkan melakukan jumpa pers. Contoh seperti kasus cabul Desa Talang, Polres tidak membutuhkan waktu lama untuk gelar perkara dari lidik, sidik dan penetapn tersangka dan penahanan,” paparnya.

Pria murah senyum ini menduga kuat Polres Sumenep menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berbeda-beda dalam menangani perkara. Padahal dalam perkara yang serupa kondisinya, Polres Sumenep tidak membutuhkan waktu lama untuk mengamankan pelaku dan melakukan gelar tidak bertele-tele seperti perkara yang menimpa keluarga korban.

Sementara di perkara yang serupa penetapan tersangka tidak membutuhkan waktu yang cukup lama sebagaimana tindakan Polres Sumenep dalam perkara penganiayaan TKP jembatan Kebunagung, Kota Sumenep dan penganiyaan penganiayaan di Kecamatan Ambunten pada tanggal 11 Juni 2024 dan pada tanggal 16 juni 2024 sudah diamankan. Artinya hanya butuh waktu 5 hari untuk menyelesaikan tahapan lidik, sidik dan penetapan tersangka dan mengamankan pelaku sementara dalam kasus ini.

“Kog bisa beda penerapan hukumnya. Padahal lokasinya antara Kecamatan Ambunten dan Kecamatan Pasongsongan berbatasan tetapi penegakan hukumnya berbeda. Terhadap kondisi yang demikian telah menimbulkan persepsi yang berbeda di kalangan tokoh masyarakat dengan perkara yang sama namun pendekatan hukum yang berbeda,” sambungnya.

Meski perkara sudah cukup jelas, korban telah dilakukan visum dan telah memberikan keterangan tentang siapa pelakunya, kemudian ditambah dengan saksi-saksi, pengakuan para terlapor secara hukum ditaati dan di telah diketahui adanya tindak pidana beserta pelakunya di tahap lidik telah diketahui adanya tindak pidana beserta pelakunya, di mana lidik beserta gelar perkara untuk menentukan ada atau tidaknya peristiwa tindak pidana, akan tetapi dalam-dalam perkara ini masih dibutuhkan banyak waktu untuk menentukan status tersangka dan mengamankan pelaku.

“Menurut hemat kami hal tersebut menimbulkan perlakuan yang berbeda sehingga dampak jelas ada SOP yang berbeda di wilayah hukum yang sama, apalagi kejadian penganiayaan yang terjadi di Kecamatan Ambunten waktu kejadian hampir bersamaan namun nampak jelas berbeda dalam menanganinya. Satu sisi keluarga korban mengkhawatirkan adanya tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab,” tuturnya.

Keluarga korban beserta korban berharap besar Polres Sumenep lebih serius dan segera menindaklanjuti laporannya dengan cara segera melakukan gelar perkara dan mengamankan pelaku.

“Korban mengalami luka yang cukup serius. Korban bukan bola yang seenaknya dihajar dan dianiaya tanpa pelakunya diproses. Kami minta agar pelaku dihukum seberat-beratnya,” paparnya Kuasa hukum korban tegas.

Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti saat dikonfirmasi via WhatsApp terkait kapan dilakukan gelar perkara dan penetapan tersangka terhadap pelaku pengeroyokan tersebut, pihaknya menjawab singkat.

“Ya nangani Polsek ya,” balasnya singkat.

Diberitakan sebelumnya, Nofan Febrianto (23), warga Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur diduga kuat menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan, pada Rabu, 12 Juni 2024 kemarin.

Sementara pelaku pengeroyokan diketahui berinisial F (22), warga Desa Lebbeng Barat, Kecamatan Pasongsongan beserta tiga orang temannya yang tidak dikenal namanya oleh korban.

Atas kejadian itu, keluarga korban langsung melayangkan laporan ke Mapolsek setempat dengan bukti Laporan Polisi Nomor: LP/B/05/VI/2024/SPKT/Polsek Pasongsongan/Polres Sumenep/Polda Jawa Timur, tanggal 12 Juni 2024.

Dalam isi surat laporan itu diceritakan bahwa kejadian bermula saat korban dihubungi F, untuk datang ke jembatan Palampal Desa setempat sekitar pukul 12.00 WIB dengan iming-iming menyelesaikan permasalahan toko di Jakarta.

Sampai di lokasi kejadian, korban menghampiri F yang pada saat itu berada di bawah jembatan.

Keduanya bertemu dan membahas kerugian saat menjaga toko di Jakarta. F dimintai ganti kerugian, namun tidak mengiyakan karena F mengaku tidak pernah digaji selama bekerja.

F kemudian naik ke sebelah jembatan dengan alasan mengambil rokok sedangkan korban pamit pulang. Setelah itu, tiga orang tidak dikenal yang berdiri di belakang F dengan jarak 1 meter menghampiri korban di atas jembatan.

Pada waktu yang bersamaan, ada dua orang saksi bernama Samsul dan Sobri. Samsul menanyakan kepada korban.

“Bede Apa Fan, Etokola Begna Fan (Ada Apa Fan, Mau Dipukul Kamu Fan. Red),” tanya Samsul kepada korban.

Korban menghampiri Samsul menjelaskan permasalahan yang sedang dialami dengan terlapor F. Karena tidak terima atas penjelasan tersebut, terlapor memukul perut korban menggunakan tangan kosong.

Kemudian setelah itu F memukul wajah korban mengenai pipi kanan. Begitu juga dengan tiga orang yang tidak dikenal membantu memukul korban bagian kepala belakang berkali-kali hingga korban terjatuh dan linglung.

Saksi berusaha melerai F, dan menyuruh temannya yang juga turut membantu memukul korban untuk berhenti dan menyuruhnya pulang.

Kemudian mereka pulang dan korban langsung ditolong oleh saksi.

Atas kejadian tersebut, korban mengalami sakit, pelipis mata kanan lebam dan bengkak, area punggung luka gores, kepala belakang bengkak dan tangan kanan korban susah digerakkan .

Sementara itu, Kapolsek Pasongsongan AKP Haqqul Musliminal Muachid membenarkan laporan tersebut. Dia mengatakan, berdasarkan laporan korban masalah toko di Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *